Sunday 24 February 2013

Makalah Kohesi Kelompok




1.      Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial  dan selalu membutuhkan bantuan dan kehadiran orang lain. Manusia sebagai mahkluk hidup di dunia tidak pernah dalam keadaan berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kelompok. Chaplin (2004: 470) mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu kumpulan individu yang saling berinteraksi dan memiliki beberapa sifat serta karakteristik yang sama atau yang mengejar tujuan yang sama.
Setiap individu menemukan suatu kenyamanan dengan bergabung dan berinteraksi dalam suatu kelompok, karena didalam kelompok seseorang akan merasa bahwa dirinya disukai dan diterima. Perasaan disukai dan diterima semacam ini sangat penting bagi semua usia dalam rentang kehidupan manusia. Kohesi kelompok merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga keutuhan kelompok.
Pada makalah ini kami akan membahas mengenai  “Kohesi Kelompok” yang merupakan salah satu faktor yang menunjang keefektifan kelompok.
1.2.   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kohesi kelompok?
2.      Apa sajakah hal-hal yang mempengaruhi tingkat ketertarikan dalam kohesivitas kelompok?
3.      Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok?
4.      Apa sajakah hal-hal yang berkaitan dengan kohesi kelompok?
1.3     Tujuan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan kohesi kelompok
2.      Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi tingkat ketertarikan dalam kohesivitas kelompok
3.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok
4.      Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kohesi kelompok

BAB II
PEMBAHASAN
2.        Pembahasan
2.1.       Pengertian Kohesi Kelompok
Kohesi sendiri didefinisikan sebagai bagaimana para anggota kelompok saling menyukai dan mencintai satu dengan lainnya, dimana faktor pengikat arti kohesi adalah daya tarik kelompok, moral/tingkat motivasi dari masing-masing anggota dan koordinasi pada usaha-usaha anggota kelompok.
Beberapa pengertian kohesi kelompok:
1.      Kohesi Kelompok
Collins dan Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
2.      Kohesi Kelompok
Kohesi kelompok merupakan perasaan bersama-sama dalam kelompok dan merupakan kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok. Taylor, Peplau & Sears (1997: 109) mendefinisikan kohesivitas sebagai kekuatan (baik positif ataupun negatif) yang menyebabkan anggota menetap pada suatu kelompok. Kohesivitas bergantung pada tingkat keterikatan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang positif.
3.      Kohesi Kelompok
Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut.
4.      Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
1.    Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok.
2.    Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.
3.    Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.


2.2.       Hal-Hal yang Mempengaruhi Tingkat Ketertarikan dalam Kohesivitas Kelompok
Ketertarikan pada kelompok ditentukan oleh kejelasan tujuan kelompok, kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan, karakteristik kelompok yang mempunyai hubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi, kerjasama antara anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih menguntungkan dibandingkan kelompok lainnya (Hartinah, 2009:72).
Kohesivitas bergantung pada tingkat ketertarikan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang positif.  Adapun ketertarikan itu sendiri dipengaruhi oleh  tiga hal yaitu :
1)        Tingkat rasa suka satu sama lain diantara anggota kelompok. Apabila anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan, kohesivitasnya akan tinggi.
2)        Tujuan instrumental kelompok. Kelompok seringkali digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, sebagai cara untuk memperoleh pendapatan atau untuk melakukan pekerjaan yang kita sukai. Ketertarikan kita terhadap suatu kelompok bergantung pada kesesuaian antara kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan kegiatan dan tujuan kelompok.
3)        Keefektifan dan keselarasan interaksi dalam kelompok. Semua orang akan lebih suka bergabung dalam kelompok yang bekerja secara efisien daripada dengan kelompok yang menghabiskan waktu dan menyalahgunakan keterampilan kita. Segala sesuatu yang meningkatkan kepuasaan dan semangat kelompok akan meningkatkan kohesi kelompok.
2.3.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok
Cota (dalam Baron & Byrne,1997) menyatakan bahwa kohesivitas melibatkan dua dimensi primer, yakini tugas sosial dan individu group. Dimensi yang pertama berkaitan dengan individu tertarik pada tugas kelompok atau dalam hubungan sosial. Sedangkan dimensi yang kedua berkaitan dengan individu pada kelompok atau anggota yang lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kohesivitas antara lain adalah:
·      Sejumlah usaha yang diperlukan untuk masuk kelompok, biaya yang besar untuk masuk kelompok menyebabkan ketertarikan anggota menjadi lebih besar.
·      Adanya ancaman dari luar atau kompetensi.
·      Besarnya kelompok, pada kelompok yang kecil lebih cenderung kohesif.
Selanjutnya, Gibson (1997) menjelaskan bahwa kelompok yang rendah kohesivitasnya tidak memiliki keterikatan interpersonal di antara anggotanya. Kelompok dapat menarik individu disebabkan oleh adanya :
·      Tujuan kelompok dan anggota saling mengisi dan spesifikasi yang jelas
·      Kelompok memiliki pemimpin yang kharismatik
·      Reputasi kelompok tampak yaitu keberhasilan mencapai tujuan
·      Jumlah anggota kelompok kecil, sehingga memungkinkan anggota berpendapat, mendengar, dan evaluasi
·      Anggota saling mendukung dan menolong satu sama lain untuk mengatasi rintangan dan hambatan
Kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi biasanya terdiri atas individu-individu yang termotivasi untuk membangun kebersamaan dan cendrung memiliki kinerja kelompok yang efektif.
2.4.       Hal-Hal yang Berkaitan dengan Kohesi Kelompok
Beberapa hal yang berkaitan dengan kohesi kelompok (Carolina Nitimiharjo dan Jusman Iskandar, 1993: 24-27) :
1.          Tingkat kohesi kelompok.
Dalam hal Kohesi, umumnya orang menunjuk pada tingkatan yakni anggota kelompok termotivasi untuk tetap tinggal didalam kelompok. Anggota kelompok pada kelompok yang kohesinya tinggi lebih energik didalam aktivitas kelompok, jarang absen dalam pertemuan kelompok dan merasa senang apabila kelompok berhasil dan merasa sedih apabila kelompoknya gagal (Shaw, 1979). Kelompok dengan kohesi yang tinggi, anggotanya kooperatif dan akrab, serta saling menghargai antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Pada kelompok yang kohesinya rendah biasanya ada rasa saling bermusuhan dan agresif, dan biasanya ada rasa kesenangan ketika anggota yang lain berbuat kesalahan. Selanjutnya (Shaw,1979) menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang tinggi ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua anggota kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok dengan kohesi yang tinggi pemimpinya berperilaku demokratis, sedangkan pada kelompok dengan kohesi rendah pemimpinnya berperilaku seperti ‘bos’ dan cendrung autokratik.
Ada beberapa metode didalam meningkatkan kohesi kelompok. Cara paling efektif adalah membentuk hubungan kooperatif diantara kelompok. Beberapa cara lainnya adalah memperdalam kepercayaan diantara anggota kelompok, mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi diantara anggota kelompok, meningkatkan ekspresi saling inklusi dan menerima diantara anggota kelompok, memperluas saling mempengaruhi diantara anggota kelompok dan mengembangkan norma-norma kelompok yang menunjang ekspresi individu diantara anggota kelompok.
2.         Kebutuhan interpersonal
Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan manusia lainnya, karena semua manusia hidup dalam masyarakat, mereka harus memiliki keseimbangan antara dirinya dengan masyarakat. Hakikat sosial manusia dikarenakan kebutuhan-kebutuhan interpersonal. Ada tiga dasar kebutuhan interpersonal, yaitu inklusi, control dan afeksi.
Kebutuhan inklusi berkisar pada keanggotaan siapa didalam dan siapa diluar kelompok, siapa yang memiliki dan siapa yang tidak, siapa yang merupakan dari kebersamaan dan siapa yang tidak. Beberapa anggota menghendaki agar kelompok memiliki jalinan yang inklusif dan beberapa menghendaki jalinan yang lepas.
Kebutuhan control bertentangan dengan kekuatan hubungan didalam kelompok, siapa yang berkuasa. Beberapa anggota menghendaki mempunyai pengaruh terhadap banyak orang dan beberapa menghendaki tidak mempunyai pengaruh terhadap siapa pun.
                                Kebutuhan afeksi menunjukkan hubungan terbuka dan bersifat pribadi didalam kelompok. Beberapa anggota menghendaki hubungan yang hangat dan terbuka dan beberapa lainnya menghendaki hubungan yang dingin dan ada jarak.
3.         Mengembangkan dan memelihara kepercayaan
Kepercayaan adalah aspek penting bagi sebuah kelompok karena merupakan kondisi yang dapat membuat kerjasama stabil dan berkomunikasi dengan efektif. Makin  tinggi tingkat kepercayaan diantara anggota kelompok. Makin stabil kerjasama dan komunikasi yang efektif di antara anggota kelompok . kelompok yang kooperatif adalah kelompok yang memiliki keterbukaan, tingkah laku mempercayai didefinisikan sebagai ekspresi menerima, mendukung, dan kooperatif. Meningkat dan memelihara kepercayaan berarti memperhatikan keterbukaan, ekspresi menerima, dan mendukung.  
4.         Konsekuensi dari kohesi kelompok
Didalam sebuah kelompok, anggota kelompok yang kohesif lebih siap untuk selalu bertartisipasi didalam pertemuan-pertemuan kelompok. Kelompok yang kohesif memiliki anggota yang loyal terhadap kelompok, mempunyai rasa tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas kelompok dan merasa puas atas pekerjaan kelompok. Dengan ciri-ciri tersebut dapat menyebabkan meningkatkan produktifitas kelompok.
Kelompok yang memiliki kohesi tinggi merupakan sumber rasa aman terhadap anggota kelompok yang lain. Penerimaan anggota lain terhadap diri seseorang dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok dan menjadikan anggota-anggotanya lebih kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan lebih mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di dalam kelompok.






DAFTAR PUSTAKA

Hartinah, Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung:PT. Refika Aditama
Ajidedim. 2008. Kohesivitas Koperasi Bagian 2, (online), (http://ajidedim.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-psikologi-koperasi-kohesivitas-koperasi-bagian-dua/), diakses 24 November 2012.
A.J. 2011. Kohesi Kelompok, (online), (http://psikologila.blogspot.com/2011/10/kohesi-kelompok.html), diakses 24 Oktober 2011.





1 comment: