1. Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Manusia diciptakan sebagai mahkluk
sosial dan selalu membutuhkan bantuan
dan kehadiran orang lain. Manusia sebagai mahkluk hidup di dunia tidak pernah
dalam keadaan berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kelompok. Chaplin
(2004: 470) mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu kumpulan individu yang
saling berinteraksi dan memiliki beberapa sifat serta karakteristik yang sama
atau yang mengejar tujuan yang sama.
Setiap individu menemukan suatu
kenyamanan dengan bergabung dan berinteraksi dalam suatu kelompok, karena
didalam kelompok seseorang akan merasa bahwa dirinya disukai dan diterima.
Perasaan disukai dan diterima semacam ini sangat penting bagi semua usia dalam
rentang kehidupan manusia. Kohesi kelompok merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menjaga keutuhan kelompok.
Pada makalah
ini kami akan membahas mengenai “Kohesi
Kelompok” yang merupakan salah satu faktor yang menunjang keefektifan kelompok.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kohesi
kelompok?
2.
Apa sajakah
hal-hal yang mempengaruhi tingkat ketertarikan dalam kohesivitas kelompok?
3.
Apa sajakah
faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok?
4.
Apa sajakah
hal-hal yang berkaitan dengan kohesi kelompok?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui apa
yang dimaksud dengan kohesi kelompok
2. Mengetahui hal-hal
yang mempengaruhi tingkat ketertarikan dalam kohesivitas kelompok
3. Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kohesivitas kelompok
4. Mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan kohesi kelompok
BAB
II
PEMBAHASAN
2.
Pembahasan
2.1. Pengertian
Kohesi Kelompok
Kohesi sendiri didefinisikan sebagai
bagaimana para anggota kelompok saling menyukai dan mencintai satu dengan
lainnya, dimana faktor pengikat arti kohesi adalah daya tarik kelompok,
moral/tingkat motivasi dari masing-masing anggota dan koordinasi pada
usaha-usaha anggota kelompok.
Beberapa pengertian kohesi
kelompok:
1.
Kohesi Kelompok
Collins
dan Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai kekuatan yang mendorong
anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan mencegahnya
meninggalkan kelompok.
2.
Kohesi Kelompok
Kohesi
kelompok merupakan perasaan bersama-sama dalam kelompok dan merupakan kekuatan
yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok. Taylor, Peplau &
Sears (1997: 109) mendefinisikan kohesivitas sebagai kekuatan (baik
positif ataupun negatif) yang menyebabkan anggota menetap pada suatu kelompok.
Kohesivitas bergantung pada tingkat keterikatan individu yang dimiliki setiap
anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang
positif.
3.
Kohesi Kelompok
Hartinah
(2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai
sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota
kelompok tersebut.
4.
Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
1.
Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin
keluar dari kelompok.
2.
Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.
3.
Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.
2.2. Hal-Hal
yang Mempengaruhi Tingkat Ketertarikan dalam Kohesivitas Kelompok
Ketertarikan pada kelompok ditentukan oleh kejelasan
tujuan kelompok, kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan, karakteristik
kelompok yang mempunyai hubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi,
kerjasama antara anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih
menguntungkan dibandingkan kelompok lainnya (Hartinah, 2009:72).
Kohesivitas bergantung pada tingkat
ketertarikan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok. Daya tarik antar
pribadi merupakan kekuatan pokok yang positif.
Adapun ketertarikan itu sendiri dipengaruhi oleh tiga hal yaitu :
1)
Tingkat rasa suka satu sama lain diantara anggota kelompok. Apabila
anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan
persahabatan, kohesivitasnya akan tinggi.
2)
Tujuan instrumental kelompok. Kelompok seringkali digunakan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan, sebagai cara untuk memperoleh pendapatan
atau untuk melakukan pekerjaan yang kita sukai. Ketertarikan kita terhadap
suatu kelompok bergantung pada kesesuaian antara kebutuhan dan tujuan kita
sendiri dengan kegiatan dan tujuan kelompok.
3)
Keefektifan dan keselarasan interaksi dalam kelompok. Semua
orang akan lebih suka bergabung dalam kelompok yang bekerja secara efisien
daripada dengan kelompok yang menghabiskan waktu dan menyalahgunakan
keterampilan kita. Segala sesuatu yang meningkatkan kepuasaan dan semangat
kelompok akan meningkatkan kohesi kelompok.
2.3. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok
Cota (dalam Baron & Byrne,1997) menyatakan bahwa kohesivitas melibatkan dua dimensi
primer, yakini tugas sosial dan individu group. Dimensi yang pertama berkaitan
dengan individu tertarik pada tugas kelompok atau dalam hubungan sosial.
Sedangkan dimensi yang kedua berkaitan dengan individu pada kelompok atau
anggota yang lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kohesivitas antara lain adalah:
·
Sejumlah usaha yang diperlukan untuk masuk kelompok,
biaya yang besar untuk masuk kelompok menyebabkan ketertarikan anggota menjadi
lebih besar.
·
Adanya ancaman dari luar atau kompetensi.
·
Besarnya kelompok, pada kelompok yang kecil lebih
cenderung kohesif.
Selanjutnya, Gibson (1997) menjelaskan bahwa kelompok
yang rendah kohesivitasnya tidak memiliki keterikatan interpersonal di antara
anggotanya. Kelompok dapat menarik individu disebabkan oleh adanya :
· Tujuan kelompok dan
anggota saling mengisi dan spesifikasi yang jelas
· Kelompok memiliki
pemimpin yang kharismatik
· Reputasi kelompok
tampak yaitu keberhasilan mencapai tujuan
· Jumlah anggota
kelompok kecil, sehingga memungkinkan anggota berpendapat, mendengar, dan evaluasi
· Anggota saling
mendukung dan menolong satu sama lain untuk mengatasi rintangan dan hambatan
Kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi biasanya
terdiri atas individu-individu yang termotivasi untuk membangun kebersamaan dan
cendrung memiliki kinerja kelompok yang efektif.
2.4. Hal-Hal
yang Berkaitan dengan Kohesi Kelompok
Beberapa hal
yang berkaitan dengan kohesi kelompok (Carolina Nitimiharjo dan Jusman
Iskandar, 1993: 24-27) :
1.
Tingkat kohesi kelompok.
Dalam hal Kohesi,
umumnya orang menunjuk pada tingkatan yakni anggota kelompok termotivasi untuk
tetap tinggal didalam kelompok. Anggota kelompok pada kelompok yang kohesinya
tinggi lebih energik didalam aktivitas kelompok, jarang absen dalam pertemuan
kelompok dan merasa senang apabila kelompok berhasil dan merasa sedih apabila
kelompoknya gagal (Shaw, 1979). Kelompok dengan kohesi yang tinggi, anggotanya kooperatif
dan akrab, serta saling menghargai antara satu dengan yang lain untuk mencapai
tujuan. Pada kelompok yang kohesinya rendah biasanya ada rasa saling bermusuhan
dan agresif, dan biasanya ada rasa kesenangan ketika anggota yang lain berbuat
kesalahan. Selanjutnya (Shaw,1979) menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang
tinggi ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua
anggota kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok dengan
kohesi yang tinggi pemimpinya berperilaku demokratis, sedangkan pada kelompok
dengan kohesi rendah pemimpinnya berperilaku seperti ‘bos’ dan cendrung
autokratik.
Ada beberapa metode didalam meningkatkan kohesi
kelompok. Cara paling efektif adalah membentuk hubungan kooperatif diantara
kelompok. Beberapa cara lainnya adalah memperdalam kepercayaan diantara anggota
kelompok, mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi diantara anggota kelompok,
meningkatkan ekspresi saling inklusi dan menerima diantara anggota kelompok,
memperluas saling mempengaruhi diantara anggota kelompok dan mengembangkan
norma-norma kelompok yang menunjang ekspresi individu diantara anggota
kelompok.
2.
Kebutuhan
interpersonal
Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan
membutuhkan manusia lainnya, karena semua manusia hidup dalam masyarakat,
mereka harus memiliki keseimbangan antara dirinya dengan masyarakat. Hakikat
sosial manusia dikarenakan kebutuhan-kebutuhan interpersonal. Ada tiga dasar
kebutuhan interpersonal, yaitu inklusi, control dan afeksi.
Kebutuhan inklusi berkisar pada keanggotaan siapa
didalam dan siapa diluar kelompok, siapa yang memiliki dan siapa yang tidak,
siapa yang merupakan dari kebersamaan dan siapa yang tidak. Beberapa anggota
menghendaki agar kelompok memiliki jalinan yang inklusif dan beberapa
menghendaki jalinan yang lepas.
Kebutuhan control bertentangan dengan kekuatan
hubungan didalam kelompok, siapa yang berkuasa. Beberapa anggota menghendaki
mempunyai pengaruh terhadap banyak orang dan beberapa menghendaki tidak
mempunyai pengaruh terhadap siapa pun.
Kebutuhan afeksi
menunjukkan hubungan terbuka dan bersifat pribadi didalam kelompok. Beberapa
anggota menghendaki hubungan yang hangat dan terbuka dan beberapa lainnya
menghendaki hubungan yang dingin dan ada jarak.
3.
Mengembangkan
dan memelihara kepercayaan
Kepercayaan adalah
aspek penting bagi sebuah kelompok karena merupakan kondisi yang dapat membuat
kerjasama stabil dan berkomunikasi dengan efektif. Makin tinggi tingkat kepercayaan diantara anggota
kelompok. Makin stabil kerjasama dan komunikasi yang efektif di antara anggota
kelompok . kelompok yang kooperatif adalah kelompok yang memiliki keterbukaan,
tingkah laku mempercayai didefinisikan sebagai ekspresi menerima, mendukung,
dan kooperatif. Meningkat dan memelihara kepercayaan berarti memperhatikan
keterbukaan, ekspresi menerima, dan mendukung.
4.
Konsekuensi dari
kohesi kelompok
Didalam sebuah
kelompok, anggota kelompok yang kohesif lebih siap untuk selalu bertartisipasi didalam
pertemuan-pertemuan kelompok. Kelompok yang kohesif memiliki anggota yang loyal
terhadap kelompok, mempunyai rasa tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi
tinggi untuk melaksanakan tugas kelompok dan merasa puas atas pekerjaan
kelompok. Dengan ciri-ciri tersebut dapat menyebabkan meningkatkan
produktifitas kelompok.
Kelompok yang memiliki kohesi tinggi merupakan sumber
rasa aman terhadap anggota kelompok yang lain. Penerimaan anggota lain terhadap
diri seseorang dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok dan menjadikan
anggota-anggotanya lebih kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan lebih
mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di dalam kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Hartinah, Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan
Kelompok. Bandung:PT. Refika Aditama
Ajidedim. 2008. Kohesivitas
Koperasi Bagian 2, (online), (http://ajidedim.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-psikologi-koperasi-kohesivitas-koperasi-bagian-dua/),
diakses 24 November 2012.
A.J. 2011. Kohesi
Kelompok, (online), (http://psikologila.blogspot.com/2011/10/kohesi-kelompok.html),
diakses 24 Oktober 2011.
Thanks
ReplyDelete